Efek Blog
Efek Blog
EVE - Wall-E

Kamis, 23 Mei 2013

Community language learning (CLL)

Community language learning (CLL) tumbuh dari suatu ide untuk menrapkan konsep psikoterapi dalam pengajaran bahasa. Dalam eksperimen yang dimulai tahun 1957, Charles A. Curran menerapkan konsep psikoterapi dalam bentuk konseling.
1. Prinsip Dasar CCL
Karena latar belakang pendidikan formal Curren adalah psikoterapi, dia mempararelkan konsep pengajaran bahasa sebagai personal antara seorang ahli ilmu iwa de ngan seorang pasien. Hal ini tercermin dari istilah yang dipakai “client” sebutan untuk para counselor (mahasiswa/guru). Anggapan ini didasrkan bahwa pada saat seorang terjun dalam dunia atau arena yang batru seperti proses belajar-mengajar bahasa dia dikodratidengan berbagai cirri anusia sebagaimana manusia pada umumnya. Dalam lingkungan yang balru dimana dia merasa asing, dia di hinggapi oleh rasa taka man (insecurity), rasa keterancaman (threat), rasa ketidakmenentuan (anxiety), konflik dan berbagai perasaan lain yang secara tak tersadari menghalang-halangi dia untuk maju.
Landasan dasar dalam CCL, berbeda jauh dari konsep diatas, tugas utama seorang konselor adalah untukmenghilangkan, atau paling tidak mengurang segala persaan negative para klientnya. Seorang konselor dituntut untuk memiliki s,ikap yang fasilitatif, baik dalam menularka pengetahuannya dan para klien maju dalam satu tahap demi tahap.
Dalam kaitannya dengan dengan keadaan psikologi para siswa. Curran mengajukan enam konsep yang diperlukan untuk menumbuhkan “learning”. Enam konsep ini dicakup dalam satu singkatan yaitu, SARD:
- Security (rasa aman)
- Attention- aggression (perhatian –peran aktif siswa)
- Retention-reflection, dan (refleksi/intropeksi atau tes)
- Discrimination.(penjelasan).
2. Tahap Penguasaan
Tahap penguasaan dibagi menjadi lima bagian :
1. Embryonic stage (madasen di celce-murcia & Mcintosh, 1978:35), adalah tahap dimana ketergantungan siswa pada gurunya adalah 100 atau mendekati 100%. Pada tahap ini rasa ketidak menetuan siswa menghalang-halangi dia untuk memakai bahasa asing terutama di depan gurunya dan orang-orang lain yang dia tidak kenal. Tugas guru adalah untuk menghilangkan atau menguarangi perasaaan seperti ini dengan memberikan bimbingan dan penyuluhan yang layak. Siswa diminta supaya aktifitas yang menjadi minat mereka untuk menyebutkannya dan melakukannya. Kemudian diminta untuk merefleksikan.
2. Self-Assertion Stage, tahap dimana siswa telah mendapat dukungan moral dari rekan senasibnya taupun dari guru mereka. Dan mereka telah mencoba untuk menemukan jati diri mereka sebagai penutur bahasa asing. Pada tahap ini tentu saja bahasa yang mereka gunakan barulah dalam bentuk yang sangat sederhana yang oleh slingker disebut interlanguage, serta ungkapan-ungkpan yang mereka gunakan masih dalam bntuk elementary.
3. Birth Stage, siswa secara bertahap mulai mengurangi pemakaina bahasa ibunya. Dia mulai terbiasa memkai bahasa kedua. Pada tahap ini guru atau konselor harus bertindak bijaksana dan memperhatika segala aspek yang timbul pada tahap ini, dan harus mampu mengatasi lproblem yang dihadapi oleh siswa dengan pendekatan psikologi.
4. Pada tahap ini, siswa tidak lagi banyak diam pada waktu proses embelajaran berlangsung, mereka sudah harus aktif berbicara.
5. Pada tahap terkahir adalah “independent Stage”, tahap dimana siswa telah menguasai semua bahan yang akan dibahas, dan siswa sudah bisa memperluas bahasanya dan memelajalri ula aspek-aspek social dan budaya ada penutur asli.
Erkembangan tahap demi tahap digambarkanoleh Curren dalam table berikut. Diagram Venn (1976:53).
Stage of Growth Cognitive tasks Affective conflict Values CCL Contracts

Stage I
(Embryonic)

Stage II
(self-Assertion)


Stage III
(separate-Exixtence)

Stage IV
(reversal)

Stage V
(independent) Construction
Application

Inter language I



Inter Language II



Error Analisys


Appropriate
Social use Anxiety


identity



indignation



role


responsibility Courage (self-
Confidence).

cooperation



docility



trust


leadership Short-term.


Culture
Mechanism (self-
Introduction).

Values Clarification


Short-term
Conseling

Mechanisms
(club-workshop)

3. Teknik Pelaksanaan Pengajaran
Karena dalanm CCL hungan antara guru dan siswa adalah hubungan terapeutik antara seorang klien dengan konselornya, maka bntuk kelas dan proses belajar-mengajar pun berbeda dengan kelas dan cara yang konvensioanl. Dalam CCl tiap kelas terdiri dari enam sampai 12 ,siswa, dan tiap siswa mempnyani seorang konselor. Pengaturan meja dankursi dibuat sedemikian rupa sehingga berbentuksemacam lingkaran. Konselor berada dibelakang klien/siswa, dan dapat pula dilakukan dengan pengaturan yang lain. Dalam CCL tidak digunakan satu tesk apapun, guru dan siswa berkolaborasi dan bebas menetuka materi apa yang akan dibahas.


4. Hasil Yang dicapai
Laporan yang didapat dari para peneliti dengan menggunakan metode ini adalah sangat memuaskan, dan paling tidak memberikan harapan yang cerah di masa depan. Eksperimen-eksperimen telah dilakukan menunjukkan hasil yang bagus.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar